Stop Arogansi Pasca Kelulusan

LULUS merupkan hal yang dinanti-nanti bagi setiap pelajar, tak terkecuali saya. Saya dinyatakan lulus dari SMK N1 Demak pada tanggal 13 Juni 2009 [Sabtu kemaren]. Rasa bangga, senang, dan terharu campur aduk menjadi satu..kayak gado2 ajah. Meski saya tidak hadir di sekolahan bersama-teman satu angkatan, saya tetap tidak kehilangan atmosfer kegembiraan kala itu. Ketikhadiran saya waktu pengumuman kelulusan sebenarnya bukan tanpa alasan maupun takut kalo tidak lulus, melainkan saya harus menemani keponakan bertamasya ke Semarang.

Pengumuman kelulusan itu sendiri disampaikan secara langsung dari pihak sekolah [ smk n 1 demak] kepada semua orang tua / wali murid kira-kira pukul 13.00 WIB. Alhamdulillah angka kelulusan mencapai 100%. Hasil kelulusan yang bagus tersebut disambut gembira oleh para guru, orang tua dan murid. Sebagian teman-teman saya yang hadir pada pengumuman kelulusan kemaren, merayakan kelulusan dengan penuh suka cita bahkan ada yang main corat-coret di depan sekolah. Ya.... itulah gambaran luapan kegembiraan pelajar tanah air, saya kira di tempat lain juga sama. :D

Hal yang disayangkan dari luapan kegembiraan perayaan kelulusan adalah 'pesta kelulusan' yang berubah menjadi tindakan arogansi. Kenapa bisa??? ya bisa saja lah... Emosi yang tidak terkontrol dari para pelajar mampu membuat mereka menjadi 'liar'. Mereka tak perduli lagi dengan yang namanya kesopanan, ketertiban dan keamanan. Misalnya, pesta corat-coret biasanya berujung dengan konvoi/pawai ke jalan raya. Jumlah mereka yang tidak sedikit bisa saja mengganggu ketertiban lalu lintas yang bisa mengancam keselamatan mereka sendiri dan pengguna jalan lainnya. Oleh karena itu biasanya ada beberapa aparat dari kepolisian yang mengawal prosesi pengumuman kelulusan di sekolah-sekolah yang bertujuan untuk mengamankan situasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.